Senin, 07 Desember 2015

taksonomi dan nomenclatur



TAKSONOMI DAN NOMENCLATUR


2.1 Karakter taksonomi
            Taksonomi (taxonomy) merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang merupakan rentetan proses penemuan, deskripsi, klasifikasi dan memberikan nama (nomenclature) pada suatu organisme.
            Selain itu taksonomi merupakan sebagai bagian dari mempelajari hubungan tiap kelompok takson dan prinsip-prinsip yang ada di dalam proses klasifikasi yang lebih dikenal dengan sistematik.taksonomi juga dapat diartikan sebagai mengklasifikan suatu organisme dalam tingkatan hirarki atau dalam tingkatan taksonomi (seperti kerajaan (kingdom), bangsa (ordo), suku (famili), marga (genus) dan jenis (spesies)) berdasarkan karakter-karakter yang sama.
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sehingga pada akhirnya terbentuk kelompok-kelompok terkecil yang beranggotakan satu jenis makhluk hidup. 

Tingkatan-tingkatan pengelompokan itu disebut takson, ilmunya Taksonomi.
Ø  Semakin tinggi tingkat taksonnya :
1.      Anggotanya semakin banyak
2.      Tingkat persamaannya semakin kecil
3.      Detil pengelompokkannya semakin sederhana
4.      Perbedaannya semakin banyak karena tuntutan kesamaannya sedikit
5.      Tingkat kekerabatannya semakin jauh
Ø  Sebaliknya tingkat takson semakin rendah sifat-sifatnya kebalikan dari yang disebutkan di atas.Tingkatan Takson :
1.  Dunia/Kerajaan
2.  Divisio (untuk hewan) atau Filum  (untuk tumbuhan)
3.  Kelas
4.  Ordo
5.  Suku
6.  Genus/Marga
7.  Spesies/Jenis
1. Kingdom
            Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi makhluk hidup. Kebanyakan ahli Biologi sependapat bahwa makhluk hidup di dunia ni dikelompokkan menjadi 5 kingdom (diusulkan oleh Robert Whittaker tahun 1969). Kelima kingdom tersebut antara lain : Monera, Proista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
2. Filum/divisio (keluarga besar)
             Nama filum digunakan pada dunia hewan, dan nama division digunakan pada tumbuhan. Filum atau division terdiri atas organism-organisme yang memiliki satu atau dua persamaan ciri. Nama filum tidak memiliki akhiran yang khas sedangkan nama division umumnya memiliki akhiran khas, antara lain phyta dan mycota.
3. Kelas (classis)
            Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari filum atau divisio
4. Ordo (bangsa)
            Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia tumbuhan, nama ordo umumnya diberi akhiran ales.
5. Famili
            Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama famili tumbuhan biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk hewan biasanya diberi nama idea. Dalam penyebutan indonesia nama suku selalu diulang penyebutannya : kacang-kacangan , angrek-anggrekan , jahe-jahean.
6. Genus (marga)
            Genus adalah takson yang lebih rendah dariada famili. Nama genus terdiri atas satu kata, huruf pertama ditulis dengan huruf kapital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis dengan huruf miring atau dibedakan dari huruf lainnya.
7. Species (jenis)
            Species adalah takson yang terendah. Spesies adalah suatu kelompok organisme yang dapat melakukan perkawinan antar sesamanya untuk menghasilkan keturunan yang fertil (subur) aturan penulisannya disebut binomial nomenklatur.
2.2 Penamaan ilmiah
            Nama ilmiah adalah ”nama-nama dalam bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin, tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya kata yang digunakan untuk nama tadi”. Salah satu keuntungan nama ilmiah ialah bahwa penentuan, pemberian atau cara pemakaiannya untuk setiap golongan tumbuhan dapat dilakukan berdasarkan suatu aturan atau sistim tatanama (Rifai, 1973). Nama ilmiah juga merupakan suatu kunci pembuka khazanah ilmu pengetahuan tentang suatu jenis, karena dengan menggunakan nama ilmiah maka segala perbendaharaan pengetahuan manusia yang terkumpul dalam pustaka-pustaka akan terbuka bagi kita untuk ditelusuri, dipelajari, ditelaah, diolah dan dimanfaatkan.
            Tata nama dalam biologi telah mengalami perubahan berkali-kali semenjak manusia mencatat berbagai jenis organisme.Plinius dari masa Kekaisaran Romawi telah menulis sejumlah nama tumbuhan dan hewan dalam ensiklopedia yang dibuatnya dalam bahasa Latin. Sistem penamaan organisme selanjutnya selalu menggunakan bahasa Latin dalam tradisi pencatatan Eropa. Hingga sekarang sukar dijumpai sistem penulisan nama organisme yang dipakai dalam tradisi Arab atau Tiongkok. Kemungkinan dalam tradisi ini penulisan nama menggunakan nama setempat (nama lokal). Keadaan berubah setelah cara penamaan yang lebih sistematik diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus atau Carl von Linne yang disebut "Bapak Taksonomi" dalam buku yang ditulisnya, Systema Naturae (Sistematika Alamiah).
Lahirnyanamailmiahdisebabkanolehberbagai factor antara lain:
1. beranekaragamnyanamabiasa
2. beranekaragamnyanamadalamartiada yang pendekada yang panjangbahkanada yang panjangsekali
3. banyaknyasinonima ( 2 namaataulebih )untuksatumacamtumbuhan
4. sukarnyauntukditerimaolehduniainternasional.

v  TIPE TATANAMA TUMBUHAN
Untuk menghindari kekacauan dalam pemakaian nama ilmiah maka Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) menetapkan bahwa penerapan nama-nama takson dari tingkat suku ke bawah ditentukan berdasarkan tipe tatanama. Suatu tipe tatanama adalah salah satu unsur penyusun takson yang selalu dikaitkan dengan nama takson yang bersangkutan untuk selamalamanya. Tipe tatanama tidak perlu merupakan unsur atau spesimen atau contoh yang paling khas daripada takson; tipe hanyalah suatu unsur yang selamanya dikaitkan dengan nama.SesuaidenganrekomendasidalamKodeInternasional Tata NamaTumbuhan,namailmiahuntukdevisihendaknyadiambildari kata yang menunjukansuatu cirri khas yang berlakuuntukseluruhwarganya, ditambahdenganakhiran – phyta.Dalam bentuknya sebagai hasil muktamar sinti tahun 1981,/Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan yang diterbitkandalam tiga bahasa: inggris,prancis dan jerman pada tahun1983,memuat bagaian-bagian penting:
A. mukadimah
B. Bagian I asas-asas
C.Bagian II peraturandan saran-saran yang terdiriatas 75 pasal,terbagidalam 6 bab,denganmasang-masingbabterbagilagidalambeberapaseksi
D.Bagian III ketentuanketentuanuntukmengubahkode
E.LampiranI  nama-namahibrida
F.Lampiran II nama-namasuku yang dilestarikan
G.Lampiran III nama-namamargadilestarikandanditolak
H.Lampiran IV nama-namabagaimanapunditolakpetunjukuntukpenentuantife.


Ø  Tipe yang digunakan dalam tatanama secara umum adalah:
1. Holotipe (= holotypus),
            Ialah suatu spesimen atau unsur lain yang dipakai oleh seorang pengarang atau ditunjuk olehnya sebagai dasar waktu pertama kali mengusulkan nama jenis baru. Selama holotipe masih ada, penerapan nama yang bersangkutan dengannya dapat dipastikan secara otomatis. Kalau pengarang yang mempertelakan suatu takson tidak menentukan holotipe, atau kalau holotipe hilang maka tipe pengganti atau tipe baru dapat ditunjuk untuk menggantikannya.
2. Tipe pengganti (= Lectotype),
             Ialah suatu spesimen atau unsur lain dari spesimen-spesimen asli (isotope atau sintipe) yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe tidak ditentukan atau holotipe hilang atau hancur.
3. Isotipe (= Isotype),
            Ialah duplikat (bagian dari suatu nomor koleksi yang dikumpulkan dalam waktu yang sama) dari holotipe.
4. Sintipe (= Syntypus),
            Ialah salah satu daripada beberapa spesimen atau contoh yang disebutkan pengarang kalau holotipe tidak ditentukan, atau sslah satu daripada beberapa spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe.
5. Tipe baru (= Neotypus),
             Ialah spesimen yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe hilang atau rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk tipe pengganti karena tidak adanya isotope atau sintipe.
             Nama-nama baru yang diusulkan untuk mengganti nama-nama lain, ataupun nama-nama kombinasi baru yang berasal dari nama-nama sebelumnya, haruslah memakai tipe-tipe tatanama dari nama-nama yang lebih tua atau yang digantinya.

v  SATU TAKSON SATU NAMA
            Salah satu asas penting dalam Kode Tatanama yaitu kesatuan taksonomi hanya boleh mempunyai satu nama ilmiah yang tepat, yaitu nama tertua yang sesuai dengan peraturanperaturan. Hal ini diadakan untuk mengatasi kemungkinan dipakainya beberapa nama ilmiah yang berlainan untuk suatu takson yang sama (sinonim). Sebaliknya peraturan yang sama juga perlu untuk menghindari pemakaian satu nama ilmiah yang sama untuk beberapa taksa yang berbeda (homonim). Untuk menghindari penggonta-gantian nama marga dan suku yang timbul sebagai akibat penerapan peraturan-peraturan (terutama asas prioritas) secara konsekuen, maka beberapa nama diawetkan untuk terus dipertahankan pemakaiannya, misalnya:
Palmae = Arecacea, Graminae = Poaceae, Cruciferae = Brassicaceae, Leguminosae = Fabaceae, Guttiferae = Clusiaceae, Umbelliferae = Apiaceae, Labiatae = Lamiaceae, Compositae = Asteraceae


2.3 Aturan penamaan ilmiah
            Tata nama binomial atau binomial nomenklatur merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata (binomial berarti 'dua nama') dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi pertelaan atau deskripsi (disebut deskriptor) lalu dilatinkan ataupun dari bahasa Latin sendiri. Carolus Linnaeus memilih penggunaan bahasa Latin untuk penamaan karena dari masa ke masa hingga saat ini, bahasa Latin tidak mengalami perubahan maupun perkembangan, melainkan tetap.


            Untuk memudahkan komunikasi, makhluk hidup harus diberikan nama yang unik dan dikenal di seluruh dunia. Berdasarkan kesepakatan internasional, digunakanlah metode binomial nomenklatur. Metode binominal nomenklatur artinya tata nama ganda. Disebut tata nama ganda karena pemberian nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus dan species).

v  Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut :
1.Nama species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus,             sedangkankatakeduamerupakan penunjuk spesies (epitheton    specificum)
2.Huruf pertama nama genus ditulis huruf kapital, sedangkan huruf pertama           penunjuk spesies/jenis digunakan huruf kecil
3.Nama species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
4.Nama species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa        miring, garis    bawah, atau lainnya)
5.Jika nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua    dan berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
6.Jika nama species hewan terdiri atas tiga kata, kata ke tiga tersebut bukan nama species, melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah species
7.Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut, misalnya jagung (Zea Mays L.). huruf L tersebut merupakan inisial Linnaeus.



 Simpulan
            taksonomi merupakan sebagai bagian dari mempelajari hubungan tiap kelompok takson dan prinsip-prinsip yang ada di dalam proses klasifikasi yang lebih dikenal dengan sistematik.taksonomi juga dapat diartikan sebagai mengklasifikan suatu organisme dalam tingkatan hirarki atau dalam tingkatan taksonomi (seperti kerajaan (kingdom), bangsa (ordo), suku (famili), marga (genus) dan jenis (spesies)) berdasarkan karakter-karakter yang sama.
            Tata nama binomial atau binomial nomenklatur merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata (binomial berarti 'dua nama') dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus),




DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoepomo, gembong.2014.TaksonomiTumbuhan.yogyakarta:GajaMada University Press
Tjitrosoepomo, gembong.2009.TaksonomiUmum.yogyakarta:GajaMada University Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar